Bagi orang Kristen, penyembahan identik dengan menyanyikan pujian, baik itu saat ibadah di gereja ataupun dilakukan secara pribadi. Namun apakah benar, bahwa wujud dari penyembahan adalah dengan memuji Tuhan?
Kata "penyembahan" yang kita gunakan dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Inggris Kuno "weordhscipe," yang berarti keberhargaan atau kepatutan, memberikan pengakuan kepada Allah.
Namun dalam bahasa Ibrani dan Yunani, kata penyembahan memiliki makna yang lebih dalam lagi.
Shachah (שָׁחָה)
Kata Ibrani "shachah" sering digunakan dalam Perjanjian Lama untuk menggambarkan tindakan penyembahan. Kata ini memiliki makna dasar "menyembah" atau "melakukan penghormatan yang dalam".
Makna kata, "shachah" membawa gambaran tentang postur tubuh yang menunjukkan rasa hormat dan kekhusyukan. Membungkuk, menundukkan diri, bahkan merendahkan diri hingga mencium tanah. Seperti penghormatan yang diberikan ketika seseorang menghadap raja.
Contoh ayat Alkitab yang menggunakan kata "shachah":
Kejadian 24:26, "Lalu ia tunduk (shachah) dan menyembah TUHAN." Pada konteks ini, Eliezer menyatakan syukurnya kepada Tuhan dengan sujud menyembah di tanah.
Proskuneo (Προσκυνέω)
Dalam Perjanjian Baru, kata Yunani "proskuneo" sering digunakan untuk menyatakan tindakan penyembahan atau penghormatan kepada Allah. Kata ini memiliki makna dasar "menyembah" atau "melakukan penghormatan yang mendalam".
Sama seperti "shachah", "proskuneo" juga menggambarkan tindakan penyembahan yang melibatkan postur tubuh yang menunjukkan rasa hormat dan ketundukan kepada Allah. Tindakan seperti membungkuk, menundukkan diri, atau bahkan menyembah hingga ke tanah, semua itu adalah bentuk dari "proskuneo".
Contoh ayat Alkitab yang menggunakan kata "proskuneo":
Filipi 2:10, " supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi." Kata “bertekuk lutut” pada ayat ini menggunakan proskuneo.
Melihat lebih dalam, kata "shachah" dan "proskuneo" bukan hanya tentang tindakan fisik, tetapi juga tentang sikap hati. Baik dalam tradisi Kristen maupun Yahudi, penyembahan sejati tidak hanya terpaku pada ritual atau tata ibadah. Inti penyembahan terletak pada ketulusan hati, rasa hormat, dan penundukan diri kepada Allah.
Untuk itu sebagai orang percaya kita perlu memahami bahwa esensi penyembahan bukan hanya bernyanyi atau pujian yang dinyanyikan, namun lebih dari itu, yaitu dimulai dari sikap hati, diwujudkan dalam tindakan dan gaya hidup kita yang menghormati Allah.
Itu sebabnya Rasul Paulus menasihatkan dalam Roma 12:1, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.”
Ibadah penyembahan yang sejati bukan hanya di hari minggu di ruang ibadah saja, namun harus kita jalani setiap hari setiap saat dalam seluruh kehidupan kita. Marilah kita hidup dalam penyembahan yang tulus dan konsisten, sehingga setiap langkah dan tindakan kita menjadi bentuk penghormatan yang nyata kepada Tuhan, memuliakan-Nya dalam segala hal.
Sumber : Berbagai Sumber | Puji Astuti